Prinsip Metodologi Berdasarkan Ahli


Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, di antaranya:
A. Rene Descartes 
Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 5 (Lima ) prinsip metodologi yaitu:
1.   Membicarakan dilema ilmu pengetahuan dipertamai dengan sebut daypikir (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh tiruana orang. Akal sehat berdasarkan Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting yakni penerapannya dalam kegiatan ilmiah.
2.      Menjelaskan kaidah-kaidah pokok wacana metode yang akan dipergunakan dalam kegiatan ilmiah maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang sanggup mendukung metode yang dimaksud yaitu:
a)      Jangan pernah mendapatkan baik apa saja sebagai yang benar, kalau anda tidak mempunyai pengetahuan yang terang terkena kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan tidakboleh memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih dari pada yang terpapar dengan begitu terang sehingga tidak perlu diragukan lagi,
b)      Pecahkanlah setiap kesusahan anda menjadi sebanyak mungkin bab dan sebanyak yang sanggup dilakukan untuk mempergampang penyelesaiannya secara lebih baik.
c)      Arahkan anutan anda secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling simpel diketahui, kemudian meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan di antara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru.
d)      Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda sanggup merasa niscaya tidak suatu pun yang ketinggalan.
e)      Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu perilaku skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.
3.      Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai diberikut.
a)      Mematuhi undang-undang dan budpekerti istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan semenjak masa kanak-kanak.
b)      Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan.
c)      Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan dunia.
4.      Menegaskan dedikasi pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera.  Kita memang sanggup membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak sanggup membayangkan diri kita tidak bereksistensi, alasannya yakni terbukti kita sanggup menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh alasannya yakni itu, kita sanggup saja mencurigai segala sesuatu, namun kita mustahil mencurigai kita sendiri yang sedang dalam keadaan galau.
5.      Menegaskan wacana dualisme dalam diri insan yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya alasannya yakni ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani.  Jiwa secara kodrat mustahil mati bersama dengan tubuh.  Jiwa insan itu awet.
B. Alfred Julesayer
Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip metodologi yakni prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:
1.      Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan
2.      Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu kalau sudah membuka kemungkinan untuk mendapatkan pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna
3.      Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, alasannya yakni pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) ialah pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna) karena tidak sanggup dilakukan verifikasi apapun.
C. Karl Raimund Popper
K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang sudah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai diberikut:
1.         Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan sanggup dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir. Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.
2.         Teknik kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi)  secara teliti tanda-tanda (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan menunjukkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti empiris yang sanggup mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan (justifikasi) akan bermetamorfosis hukum. K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu sanggup dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.
3.         K.R Popper mengatakan pemecahan gres dengan mengajukan prinsip falsifa bilitas, yaitu bahwa sebuah pernyataan sanggup dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, kalau ada pernyataan bahwa tiruana belibis berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup ditemukan seujung belibis yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa sanggup bertahan melawan segala perjuangan penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh (CORROBORATION).
0 Komentar untuk "Prinsip Metodologi Berdasarkan Ahli"

Back To Top