Penyuntingan Karya Sastra Terjemahan

Penerjemahan yaitu pengalihan buah pikiran atau gagasan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain. Namun, penerjemah karya sastra sering spesialuntuk sekadar memindahkan makna harfiah kata-kata dari bahasa sumber ke bahasa samasukan. Penerjemahan secara harfiah ini tentu akan menyulitkan pembaca dalam memahami makna dan gagasan dalam teks. Karena itu, seorang penyunting teks terjemahan harus jeli dikala membandingkan teks dalam bahasa sumber dengan teks dalam bahasa samasukan. Ada kalanya penerjemah tidak memahami makna suatu istilah, idiom, atau metafora dan menerjemahkannya secara harfiah ke dalam bahasa samasukan. Akibatnya, pembaca akan disuguhi teks yang maknanya mungkin melenceng dari gagasan pertama atau tidak mengena.

Idiom dan metafora ialah titik kritis dalam penerjemahan karya sastra. Menerjemahkan karya sastra, ibarat kisah pendek, novel, dan puisi tidak sama dengan menerjemahkan teks biasa. Perbedaan itu terletak pada pemakaian banyak sekali ungkapan dan kiasan, yang hampir tidak dijumpai di dalam teks lain, contohnya sains. Bahasa sastra bersifat konotatif dan banyak mengandung ungkapan idiomatis serta tuturan gaya bahasa, sedangkan bahasa ilmu (sains) bersifat denotatif dan mengandung banyak istilah metode. Perhatikan contoh-contoh kalimat diberikut.
1.   It is raining cats and dogs.
2.    The enemy played cat and mouse with the prisoners.
3.    He made me his cat’s paw.
4.    Salman is a book worm.

Penerjemahan kalimat-kalimat tersebut secara harfiah akan akan menghasilkan kalimat yang maknanya menyimpang atau bahkan tidak bermakna, contohnya sebagai diberikut.
1.    Hujannya kucing dan anjing.
2.    Musuh bermain kucing dan tikus dengan para tawanan.
3.    Di menjadikanku cakar kucingnya.
4.    Salman yaitu sebuntut cacing buku.

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut, penyunting harus memahami makna idiomatis atau metaforis yang terkandung dalam setiap kalimat. Makna idiomatis yaitu makna yang ada dalam idiom, yaitu makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Jika belum memahaminya, tentu saja penyunting harus rajin membuka-buka engkaus, baik engkaus konvensional maupun online.

Untuk memperbaiki terjemahan harfiah tadi, penyunting sanggup memakai padanan terjemahan idiomatis atau metaforis ungkapan tersebut dalam bahasa samasukan. Misalnya, padanan book worm dalam bahasa Indonesia yaitu kutu buku. Namun, bila tidak ada padanan idiomatis atau metaforisnya dalam bahasa samasukan, penyunting sanggup juga memakai padanan fungsionalnya.

Sesudah memahami makna idiomatis dan metaforis dalam kalimat-kalimat referensi tadi, kita akan sanggup menyunting terjemahannya sebagai diberikut.
1.    Teks sumber (Tsu): It is raining cats and dogs.
Teks samasukan (Tsa): Hujannya sangat lebat.
2.    Tsu: The enemy played cat and mouse with the prisoners.
Tsa: Musuh mempermainkan para tawanannya.
3.     Tsu: He made me his cat’s paw.
Tsa: Dia memperalat saya untuk kepentingannya sendiri.
4.     Tsu: Salman is a book worm.
Tsa: Salman seorang kutu buku. atau Salman sangat suka membaca. 
(Sumber: Materi Kuliah Sastra Inggris Minat Penerjemahan)
Tag : Penerjemahan
0 Komentar untuk "Penyuntingan Karya Sastra Terjemahan"

Back To Top