Beberapa faktor penyebab terjadinya alih aba-aba atau campur aba-aba dipengaruhi oleh konteks dan situasi berbahasa yang sanggup diuraikan sebagai diberikut:
a. Pembicara dan Pribadi Pembicara
Pembicara kadang kala sengaja beralih aba-aba terhadap kawan bahasa alasannya ialah ia mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Dipandang dari pribadi pembicara, ada banyak sekali maksud dan tujuan beralih aba-aba antara lain pembicara ingin mengubah situasi pembicaraan, yakni dari situasi formal yang terikat ruang dan waktu ke situasi non-formal yang tidak terikat ruang dan waktu. Pembicara kadang kala melaksanakan campur aba-aba bahasa satu ke dalam bahasa yang lain alasannya ialah kebiasaan.
Pembicara kadang kala sengaja beralih aba-aba terhadap kawan bahasa alasannya ialah ia mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Dipandang dari pribadi pembicara, ada banyak sekali maksud dan tujuan beralih aba-aba antara lain pembicara ingin mengubah situasi pembicaraan, yakni dari situasi formal yang terikat ruang dan waktu ke situasi non-formal yang tidak terikat ruang dan waktu. Pembicara kadang kala melaksanakan campur aba-aba bahasa satu ke dalam bahasa yang lain alasannya ialah kebiasaan.
b. Mitra Bicara
Mitra bicara sanggup berupa individu atau kelompok. Dalam masyarakat bilingual, seorang pembicara yang mula-mula memakai satu bahasa sanggup beralih aba-aba memakai bahasa lain dengan kawan bicaranya yang mempunyai latar belakang bahasa kawasan yang sama. Seorang bawahan yang berbicara dengan seorang atasan mungkin memakai bahasa Indonesia dengan disisipi kata-kata dalam bahasa kawasan yang nilai tingkat tuturnya tinggi dengan maksud untuk menghormati. Sebaliknya, seorang atasan yang berbicara dengan bawahan mungkin memakai bahasa Indonesia dengan disisipi kata-kata kawasan (Jawa ngoko) yang mempunyai tingkat tutur rendah dengan maksud untuk menjalin keakraban. Pertimbangan kawan bicara sebagai orang ketiga juga sanggup mengakibatkan alih aba-aba kalau orang ketiga ini diketahui tidak sanggup memakai bahasa yang mula-mula dipakai kedua pembicara. Misalnya, pembicara dan kawan bicara memakai bahasa Jawa beralih aba-aba memakai bahasa Inggris alasannya ialah hadirnya seorang penutur Inggris yang memasuki situasi pembicaraan.
c. Tempat Tinggal dan Waktu Pembicaraan Berlangsung
Pembicaraan yang terjadi di sebuah terminal bus di Indonesia, misalnya, dilakukan oleh masyarakat dari banyak sekali etnis. Dalam masyarakat yang begitu kompleks semacam itu akan timbul banyak alih aba-aba dan campur kode. Alih bahasa atau campur aba-aba itu sanggup terjadi dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain, dan dari tingkat tutur suatu bahasa ke tingkat tutur bahasa yang lain. Seorang penjual karcis bus di sebuah terminal yang multilingual pada jam-jam sibuk beralih aba-aba dengan cepat dari bahasa satu ke dalam bahasa yang lain dan juga melaksanakan campur aba-aba atau bahasa.
d. Modus Pembicaraan
Modus pembicaraan ialah masukana yang dipakai untuk berbicara. Modus ekspresi (tatap muka, melalui telepon,atau melalui audio visual) lebih banyak memakai ragam non-formal dibandingkan dengan modus tulis (surat dinas, surat kabar, buku ilmiah) yang biasanya memakai ragam formal. melaluiataubersamaini modus ekspresi lebih sering terjadi alih aba-aba dan campur aba-aba daripada dengan memakai modus tulis.
e. Topik
melaluiataubersamaini memakai topik tertentu, suatu interaksi komunikasi sanggup berjalan dengan lancar. Alih aba-aba dan campur aba-aba sanggup terjadi alasannya ialah faktor topik. Topik ilmiah disampaikan dalam situasi formal dengan memakai ragam formal. Topik non-ilmiah disampaikan dalam situasi “bebas”, “santai” dengan memakai ragam non-formal. Dalam ragam non-formal kadang kadang terjadi “penyisipan” unsur bahasa lain, di samping itu topik pembicaraan non-ilmiah (percakapan sehari-hari) membuat pembicaraan yang santai. Pembicaraan yang santai juga sanggup mengakibatkan campur kode.
f. Fungsi dan Tujuan
Fungsi bahasa yang dipakai dalam pembicaraan didasarkan pada tujuan berkomunikasi. Fungsi bahasa ialah ungkapan yang berafiliasi dengan tujuan tertentu, ibarat perintah, menawarkan, mengumumkan, memarahi, dan sebagainya. Pembicara memakai bahasa berdasarkan fungsi yang dikehendakinya sesuai dengan konteks dan situasi komunikasi. Alih aba-aba sanggup terjadi alasannya ialah situasi dipandang tidak sesuai atau tidak relevan. melaluiataubersamaini demikian, alih aba-aba memperlihatkan adanya saling ketergantungan antara fungsi kontekstual dan situasional yang relevan dalam pemakaian dua bahasa atau lebih.
g. Ragam dan Tingkat Tutur Bahasa
Pemilihan ragam dan tingkat tutur bahasa banyak didasarkan pada pertimbangan pada kawan bicara. Pertimbangan ini memperlihatkan suatu pendirian terhadap topik tertentu atau relevansi dengan situasi tertentu. Alih aba-aba dan campur aba-aba lebih sering timbul pada penerapan ragam non-formal dan tutur bahasa rendah dibandingkan dengan penerapan ragam bahasa tinggi.
Sumber: Materi Kuliah Sosiolinguistik PBI UT 2017.1
Tag :
Bahasa dan Ilmu Bahasa
0 Komentar untuk "Faktor Penyebab Dan Tujuan Melaksanakan Alih Instruksi Atau Campur Kode"