Sastra Lisan
Cerita jenaka (folk Romance) yaitu dongeng ihwal tokoh yang lucu, cerdik, licik, licin dan menggelikan. dongeng ini terlahir alasannya yaitu kecenderungan insan yang suka berlebih-lebihan. Cerita pelipur lara tersebar di Nusantara, dengan Nama tokoh tidak sama tetapi alur ceritanya sama ibarat contohnya dongeng Pak Pandir, untuk menyindir orang kelewat bodoh. Lebai Malang, untuk menyindir orang yang selalu tertimpa kemalangan. Pak Belalang untuk mengungkapkan orang yang selalu jujur. Si Kabayan sering merangkum beberapa tokoh. Adakalanya cendekia sekali, kurang pintar sekali, licik, dan mujur. Cerita pelipur lara dipakai untuk melipur lara, melipur hati yang nestapa atau pelipur lara bagi orang-orang yang letih sehabis bekerja seharian. Biasanya mulai diceritakan oleh pembawa dongeng sesudah makan malam hingga malah hari bahkan jikalau ceritanya panjang dongeng bersambung hingga beberapa malam. Dalam memberikan ceritanya Sang pencerita sering memakai sebutan empunya cerita.
Sastra Melayu Klasik yaitu sastra yang hidup dan berkembang di tempat Melayu pada masa sebelum dan setelah Islam. Perkembangannya hingga mendekati tahun 1920-an. Kesusastran Melayu berbentuk sastra lisan. Isi dan bentuk sastranya lebih banyak bernuasa animisme, dinamiseme, dan Hindu-Budha. Semua hasil karya tersebut dituangkan dalam bentuk prosa dan puisi. Untuk puisi, tampak tertuang ke dalam wujud pantun, peribahasa, teka-teki, talibun dan mantra. Mantra, sering dikenal dengan jampi serapah, sembur, dan seru. Sedangkan bentuk prosa berwujud dongeng rakyat yang meliputi cerita-cerita sederhana dan legenda alam gaib, fantasi yang bekerjasama dengan makhluk halus, hantu dan jembalang.
Sastra ekspresi yaitu sastra rakyat yang hidup di kalangan rakyat. Berkembang dan beredar di kalangan rakyat. Sastra ekspresi ini lebih doloe muncul dan berkembang di masyarakat daripada sastra tulis. Dalam kehiduan sehari-hari, jenis sastra ini biasanya dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya, seorang tukang dongeng pada para pendengarnya, guru pada para anakdidiknya, ataupun antar sesama anggota masyarakat. Untuk menjaga kelangsungan sastra ekspresi ini, masyarakat masyarakatat mewariskannya secara turun termurun dari generasi ke generasi. Sastra ekspresi sering juga disebut sebagai sastra rakyat, alasannya yaitu muncul dan berkembang di tengah kehidupan rakyat biasa.
Cerita diturunkan dari orang renta kepada anaknya, nenek mamak kepada cucunya, dan pencerita kepada pendengarnya ialah bab dari tradisi yang berkembang di tengah raknyat jelata dengan memakai bahasa sebagai media utama. Sastra ekspresi ini diturunkan, didengarkan dan dihayati secara gotong royong pada insiden tertentu, dengan maksud dan tujuan tertentu pula. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain berkaitan dengan upacara perkawinan, upacara penanaman, menuai padi, kelahiran bayi, dan upacara yang bertujuan magis. Sastra ekspresi sangat digemari oleh masyarakat masyarakat yang biasanya didengarkan bersama-sama. Pada umumnya sastra rakyat ini mengandung gagasan, pikiran, anutan dan keinginan masyarakat. Suasana kebersamaan yang dihasilkan dari sastra ekspresi berdampak konkret dalam menguatkan ikatan batin di antara anggota masyarakat.
Sastra dalam Bentuk Puisi
Sastra ekspresi jenis prosa biasa disebut Cerita Rakyat. Cerita rakyat sanggup diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang bekerjasama pribadi dengan banyak sekali aspek budaya, ibarat agama dan kepercayaan, undang-undang, kegiatan ekonomi, sistem kekeluargaan, dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Oleh alasannya yaitu kuatnya iman masyarakat usang pada kekuatan mistik dan keseharian mereka, maka karya sastra prosa yang dihasilkanpun yaitu karya sastra yang bekerjasama dengan kepercayaan. Pada umumnya karya sastra yang dihasilkan tersebut bertema iman kepada roh-roh halus dan kekuatan gaib. Lahirnya dongeng ini bekerjasama erat dengan mitos sebelum hadirnya agama Hindu dan Islam. Cerita tersebut menyebar hampir di tiruana pelosok Nusantara. Pada umumnya, cerita-cerita rakyat mengisahkan ihwal terjadinya banyak sekali hal, ibarat terjadinya alam semesta, insan pertama, kematian, bentuk khas binatang, bentuk topografi, tanda-tanda alam tertentu, tokoh sakti yang lahir dari perkawinan sumbang, tokoh pembawa kebudayaan, makanan pokok (seperti padi, jagung, sagu, dsb.), asal-mula nama suatu tempat atau tempat, tarian upacara, hewan tertentu, dan lain-lain. Adapun tokoh-tokoh dalam dongeng rakyat biasanya ditampilkan dalam banyak sekali wujud, baik berupa binatang, insan maupun dewa, yang ketiruananya disifatkan ibarat manusia.
Sastra Lisan dalam Bentuk Prosa
Secara garis besar sastra rakyat berbentuk prosa terbagi atas empat jenis yaitu: Cerita asal-usul, Cerita binatang, Cerita jenaka, Cerita pelipur lara
Cerita asal-usul ialah dongeng rakyat tertua yang termasuk mitos dan menyebar di banyak sekali pelosok wilayah Nusantara. Di antaranya di Tapanuli ada dongeng asal ajakan terjadinya bulan, bumi dan matahari serta terjadinya insan sebagai penghuni bumi. Di Melayu ada dongeng asal-usul pohon besar di tepi sungai. di Pulau Jawa terkenal dongeng asal ajakan nama Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan kisah pohon tertentu atau kerikil tertentu dll.
Cerita hewan (fabel) yaitu dongeng yang sangat terkenal kerena hampir terdapat tiruana penggalan dunia. Yang tidak sama spesialuntuk tokoh pelaku dan tempat kejadian. Adapun tema dan alur ceritanya rata-rata sama selalu menampilkan antara si lemah dan terhina melawan si berpengaruh dan perkasa yang kesudahannya dimenangkan oleh si lemah.

Cerita pelipur lara (Folk Romance) yaitu dongeng yang dipakai melipur lara, melipur hati yang nestapa atau pelipur lara bagi orang-orang yang letih sehabis bekerja seharian. Biasanya mulai diceritakan oleh pembawa dongeng setelah makan malam hingga malam hari bahkan jikalau ceritanya panjang bersambung hingga beberapa malam. Pencerita sering memakai sebutan dirinya yang empunya cerita. Tema dongeng pada umumnya sekitar istana dengan perjalanan tokoh dalam mendapat kekuatan dan ujian yang dihadapi. Kekuatan dalam dongeng pelipur lara adalah:
1. Adanya penggambaran tokoh yang sangat rinci memakai perumpamaan dan,
2. selalu ada keajaiban yang hadir sebagai penolong tokoh yang mengalami kesusahan.
Sumber: Materi Pengayaan UT
Sumber: Materi Pengayaan UT
Tag :
Sastra
0 Komentar untuk "Sastra Klasik Di Indonesia"